JAKARTA, JBN Indonesia – Indonesia kembali menunjukkan dominasinya di sektor kelautan dan perikanan. Setelah sukses mengembangkan industri budidaya lobster, kini giliran rumput laut yang menjadi primadona baru dalam ekspansi besar-besaran ke pasar global. Kanjeng Pangeran Edo Yudha Negara, seorang pengusaha visioner yang juga dikenal sebagai HRM. Khalilur R Ab. S – KP. Krendo Panulahar, dengan bangga mengumumkan bahwa BRULANTARA (Bandar Rumput Laut Nusantara) telah menjadi pemilik budidaya rumput laut terbesar di dunia, dengan luas mencapai 50.000 hektar.
Keputusan untuk terjun ke bisnis budidaya rumput laut bukan sekadar langkah biasa, melainkan hasil dari riset mendalam yang menunjukkan bahwa sektor ini memiliki potensi cashflow yang jauh lebih besar dibandingkan industri tambang, termasuk batubara dan nikel.
Sebagai bagian dari ekspansi global, pada bulan April 2025, Kanjeng Pangeran akan melakukan anjangsana bisnis ke 9 negara untuk memasarkan rumput laut, yaitu:
China
Jepang
Amerika Serikat
Eropa
Korea Selatan
Australia
Thailand
Malaysia
Singapura
Selain itu, ia juga akan mengunjungi tiga negara utama untuk pemasaran lobster, yakni China, Jepang, dan Amerika Serikat. Dalam perjalanannya, ia tidak hanya membawa misi pemasaran, tetapi juga membangun ekosistem bisnis yang kokoh untuk sektor perikanan budidaya dan perikanan tangkap.
“Saya akan datang ke 9 negara dengan satu identitas: PEMILIK BUDIDAYA RUMPUT LAUT TERBESAR DI DUNIA. Dengan identitas tersebut, sangat mudah bagi saya untuk ‘memanggil’ para pengusaha rumput laut dunia hadir menyambut dan bertemu saya di negara mereka,” tegas Kanjeng Pangeran Edo Yudha Negara. Selasa (18/03).
Di balik ambisi besar ini, terdapat visi yang lebih besar: menjadikan nelayan Indonesia sebagai pemain utama di industri kelautan global. Menurut Kanjeng Pangeran, sudah saatnya nelayan Nusantara tidak lagi inferior di hadapan pembeli dari berbagai negara. Dengan sumber daya laut yang melimpah dan kekuatan produksi yang terstruktur, Indonesia harus berdiri tegak sebagai pemimpin pasar.
“Nelayan Laut Nusantara tidak boleh inferior di depan pembeli rumput laut Indonesia, siapapun mereka dan dari negara manapun mereka berasal. Saya akan hadir ke 9 negara dengan membawa kebanggaan Indonesia: Negara Ekuator Khatulistiwa,” lanjutnya dengan penuh semangat.
Sebagai bagian dari strategi ini, BRULANTARA tidak hanya berfokus pada produksi, tetapi juga membangun rantai pasok yang efisien dari hulu ke hilir, termasuk pengolahan, distribusi, dan pemasaran berbasis teknologi.
Ekspansi BRULANTARA juga didukung oleh ekosistem bisnis yang kuat dari BALAD Grup, yang telah sukses mengembangkan sektor perikanan budidaya melalui LOKETARU dan perikanan tangkap melalui DEMARA Grup. Dengan integrasi yang baik antara budidaya lobster, rumput laut, dan perikanan tangkap, BRULANTARA siap memenuhi permintaan global dalam jumlah besar dengan standar kualitas terbaik.
Tidak hanya itu, dengan luas 50.000 hektar budidaya rumput laut, BRULANTARA juga memiliki posisi strategis untuk menjadi pemain utama dalam rantai pasok industri pangan, farmasi, dan kosmetik berbasis rumput laut, yang saat ini mengalami pertumbuhan pesat di pasar global.
Dengan ekspansi ini, Kanjeng Pangeran Edo Yudha Negara berharap dapat membawa industri rumput laut Indonesia ke level tertinggi, sekaligus memperkuat ekonomi nelayan dan petani rumput laut di seluruh Nusantara.
“Bangga ber-Indonesia. Bangga menjadi bagian dari sejarah kebangkitan maritim Nusantara. Salam Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.”
Dengan langkah besar ini, BRULANTARA tidak hanya menjadi simbol kejayaan Indonesia di sektor kelautan, tetapi juga membuktikan bahwa Indonesia mampu menaklukkan pasar dunia dengan kekuatan maritimnya.
(Sumber: Bandar Laut Dunia Grup)
Hak Jawab dan Hak Koreksi melalui email: jbnredaksi@gmail.com
- Pihak yang merasa dirugikan atas pemberitaan ini dapat mengajukan sanggahan/hak jawab.
- Masyarakat pembaca dapat mengajukan koreksi terhadap pemberitaan yang keliru.
Follow Instagram @jbnindonesia dan Fanspage JBN Indonesia